Keberkahan di Balik Pandemi
Ditulis oleh: Sofi Syamilatul Fahmi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, Cina akhir Desember 2019 telah melanda hampir seluruh negara di dunia
termasuk di Indonesia. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada akhirnya sejak
tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. Tidak bisa
dipungkiri, wabah massif ini menyebabkan kepanikan luar biasa bagi seluruh
masyarakat dan menjadi “tsunami” bagi seluruh sektor kehidupan.
Update corona dari laman
Worldometers, Rabu (13/10/2021) pagi, total kasus Covid-19 di dunia
terkonfirmasi sebanyak 239.415.120 (239 juta) kasus. Di bidang ekonomi
pemerintah mencatat kerugian yang harus ditanggung akibat pandemi Covid-19
senilai Rp 1.356 triliun sepanjang 2020. Adapun angka kerugian ini setara 8,8
persen dari produk domestik bruto (PDB) minus 2,07 persen pada 2020. Sosiolog
Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi menyebut terjadi peningkatan angka
kemiskinan di Indonesia akibat Covid-19.
Jika sebelum pandemi angka kemiskinan berkisar 9,5% dari jumlah penduduk
Indonesia. Begitu juga dengan dunia pendidikan terganggu akibat pandemi Covid-19.
Merujuk pada
surat edaran Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, maka beberapa daerah di
Indonesia memutuskan menetapkan kebijakan meliburkan siswa dan mulai menerapkan
metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan
pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di
Indonesia yang berdampak buruk terhadap Covid-19 yaitu hari Senin, 16 Maret
2020 yang juga diikuti wilayah-wilayah provinsi lainnya.
Namun ternyata, kegiatan tersebut
diketahui memiliki dampak negatif, yakni learning loss atau menurunnya
kompetensi belajar peserta didik. Hal ini juga diungkapkan oleh peneliti dari
Universitas Oxford, Michelle Kaffenberger. Menurut
Kemendikbudristek, learning loss adalah hilangnya kesempatan belajar
karena berkurangnya intensitas interaksi dengan guru saat proses
pembelajaran yang mengakibatkan penurunan penguasaan kompetensi peserta didik.
Menurut Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Edy Suandi Hamid,
learning loss adalah hilangnya kemampuan akademik pengetahuan atau keterampilan
oleh peserta didik.
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan kemudahan dalam segala urusannya.”
(QS At-Talak: 4)
Sebenarnya
learning loss ini bukan hanya hilang masa masa mendapatkan ilmu pengetahuan
saja. Ada hal lain yang lebih penting dan perlu kita sikapi bersama, baik oleh
tenaga pendidik maupun orang tua, hal apakah itu? Hilangnya penanaman
karakter. Itulah salah satu dampak dari hilangnya waktu
belajar. Pendidikan karakter merupakan aspek yang penting bagi generasi
penerus. Seorang individu tidak cukup hanya diberi bekal pembelajaran dalam hal
intelektual saja tetapi juga harus diberi pembelajaran dalam segi
moral dan spiritualnya.
Pendidikan
karakter di sekolah berupa memberi contoh yang jadi teladan murid diiringi
pemberian pembelajaran seperti keagamaan dan kewarganegaraan. Sehingga, dapat
membentuk individu yang berjiwa sosial, berpikir kritis, memiliki dan
mengembangkan cita-cita luhur, mencintai dan menghormati orang lain, serta adil
segala hal.
Teknologi
informasi dan komunikasi dapat dijadikan sebagai alat untuk memudahkan proses
mengajar oleh guru. Selain itu, dapat dimanfaatkan oleh para siswa pula untuk
menggali lebih banyak ilmu. Apabila guru dan siswa mampu menggunakan teknologi
ini dengan baik, maka kualitas pendidikan di Indonesia pun akan semakin
membaik. Teknologi informasi dan komunikasi telah jadi penolong media
pembelajaran selama kondisi pandemi Covid 19.
"Praktik pendidikan di era digital
memang memerlukan inovasi dan kreasi yang terus-menerus sehingga anak didik
tidak mudah mengalami kejenuhan dan kebosanan.”
Sekolah sebagai satuan pendidikan harus terus melakukan
perubahan-perubahan, terlebih kepada para guru untuk terus melalukan
kreatifitas dan inovasi pembelajaran selama pandemi. Guru harus lebih massif
meningkatkan kemampuan di bidang teknologi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Hakikat
pendidikan adalah proses pembelajaran sebagai upaya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik dengan cara berinteraksi langsung dan
dapat mengahasilkan pengalaman belajar. Peran orang tua lebih besar
dibandingkan masyarakat dan stakeholder lainnya. Pemindahan
“kekuasaan” pembelajaran dari sekolah ke rumah menjadi tantangan yang luar
biasa bagi orang tua sebagai garda terdepan pendidikan era pandemi Covid-19.
Hadirnya orang tua dalam mendampingi anak-anaknya pada proses belajar dari
rumah adalah sesuatu yang yang sangat bermakna bagi anak-anak. Ada peran
yang tidak kalah pentingnya yaitu doa. Peran orang tua dalam mendoakan
kesuksesan anak, berhasil menjadi generasi yang sholih sholihah, membawa
manfaat untuk dunia dan akhirat.
"Belajar yang sesungguhnya adalah tidak berhenti sejak dari dalam
kandungan hingga liang lahat."