Ditulis Oleh: Silvani Salsabilla
Kelas: XII IPA 3
“Pemimpin sukses kuncinya
pengaruh, bukan otoritas” Kenneth Blanchard. Menjadi
seorang pemimpin bukan merupakan hal yang sepele, namun menjadi pemimpin
yang bijak merupakan hal yang lebih sulit pula. Pemimpin
yang bijak memiliki makna ia harus memiliki
integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual),
skill atau kemampuan/keahlian, dalam menghadapi berbagai masalah mengenai
kelompok/umat yang dipimpinnya. Termasuk pemimpin negara ini yang harus
mengambil keputusan terbaik untuk negara Indonesia yang terdiri dari berbagai
keberagaman sehingga terciptanya persatuan dan kesatuan NKRI.
Pemimpin Indonesia saat ini sedang dihadang oleh
konflik mengenai pelaksanaan konser Coldplay di Indonesia yang merujuk kepada
dua kubu, yakni kubu yang setuju dengan dilaksanakannya konser Coldplay di
Indonesia, serta kubu yang menolak keras dengan dilaksanakan konser Coldplay
tersebut. Hal ini mewajibkan pemimpin mengambil keputusan yang bijak sehingga
dapat meminimalisir kekecewaan maupun kemarahan kedua kubu.
Dikutip dari siaran tvOne pada 21 Mei lalu, ketua
bidang dakwah dan ukhwah MUI pusat berbicara, “Ini hanya soal selera, dimana
selera musik orang berbeda-beda, jadi silahkan adakan konser, dengan catatan
jangan sampai melukai moral-moral yang telah ada pada diri kita”. Ketua bidang
MUI itu melanjutkan, “Di anggap kita (ulama) ini anti-kemanusiaan, anti-HAM,
anti-toleransi, tidak, ini justru yang paling toleransi menurut saya, kita
tidak melakukan kekerasan terhadap mereka baik secara fisik maupun
verbal”.
“Permasalahannya
ini orang nya pro-LGBT pak,” Ketua bidang MUI bertanya retoris. “Yah
tidak masalah, toh diantara kita ada yang pro-LGBT, tapi selama itu LGBT adalah
penyakit yang harus disembuhkan, orang yang terkena penyakitnya harus kita
sayangi, bukan disayangi lalu dibiarkan, namun disayangi dan disembuhkan.”
Pada acara yang
sama yang diadakan tvOne tersebut, para tokoh Islam yang hadir berdiskusi
mengenai langkah yang tepat untuk di ambil dalam menghadapi situasi Coldplay,
Secara singkat mereka berpikir hal yang tepat yang di lakukan sebagai pemimpin
ialah untuk dilakukannya langkah preventive (mencegah). Konser
Coldplay tetap dilaksanakan namun Event Organizer harus
bersepakat dengan tim Indonesia untuk tidak menyebarkan kampanye-kampanye LGBT
maupun hal-hal yang tidak sesuai nilai moral Indonesia.
Adapun temuan oleh survei Saiful Mujani Research and Consulting
(SMRC) terbaru yang bertajuk “Sikap Publik atas Rencana Konser Coldplay di
Indonesia” menyebutkan mayoritas publik Indonesia menerima rencana kedatangan
Coldplay. “Mayoritas pemilih partai politik di Indonesia dan pendukung
tiga bacapres (Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto) menyatakan
Coldplay boleh datang ke Indonesia karena musiknya, bukan sikap mereka
tentang LGBT,” kata Deni, Direktur Riset SMRC.
Berikut adalah hal-hal
yang penulis simpulkan dari data dan pendapat yang telah di ungkap diatas
beserta muwashofat
tarbiyah yang dapat diambil:
Dari ungkapan yang telah
disampaikan para ulama Indonesia, Hal yang disampaikan menggambarkan cara
berpikiran yang luas (mutsaqqoful fikri), mengutip buku What Is Next: Being
Success with Islam oleh Muhammad Yusuf, kecerdasan yang dimaksud adalah peran
akal yang digunakan seorang Muslim, di mana setiap aktivitas mereka selalu
melibatkan Allah Swt. Ulama berpikiran luas dimana tidak memandang sempit suatu
masalah, sehingga tidak terpatok pada satu kubu, namun mencari solusi yang
menjadi win-win solution. Disini ulama tetap melibatkan Allah dengan menegakkan
akidah Islam yaitu melarang LGBT sebagaimana Allah mengatakan dalam Quran Surat
Al-A’raaf ayat 80-81 yang artinnya:
Dan Nabi Luth juga (Kami
utuskan). Ingatlah ketika ia berkata kepada kaumnya: "Patutkah
kamu melakukan perbuatan yang keji, yang tidak pernah dilakukan oleh seorang
pun dari penduduk alam ini sebelum kamu?”, "Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk memuaskan nafsu syahwat kamu dengan meninggalkan perempuan, bahkan
kamu ini adalah kaum yang melampaui batas".
Namun dalam konteks keberagaman
MUI tetap memperbolehkan adanya konser Coldplay sehingga penggemar Coldplay
dapat menikmati pertunjukan musiknya di tanah air sendiri.
Riset SMRC yang menyatakan mayoritas penduduk memperbolehkan
kedatangan coldplay hanya karena musiknya, bukan karena sikap LGBT menunjukkan
suatu akhlak yang kokoh (matinul khuluq), di Indonesia meski
berbeda-beda pemikiran, rakyat Indonesia tetap satu dalam pemikiran mengenai
tidak mendukung LGBT. Rakyat Indonesia memiliki kepribadian dan nilai-nilai
moral mengenai peraturan Tuhan YME. yang tidak dapat dilanggar dengan syarat
apapun.
Diikhtisarkan dari blog ini kita sebagai seorang
muslim tetap dapat berpegang teguh pada pendirian kita (shahihul ibadah) meskipun ada
penggoda maupun rintangan dalam menjaga pendirian kita masing-masing. Semua
orang mempunyai hak berpendapat mengenai kontranya apabila Coldplay hadir di
Indonesia, dan menurut penulis hal itu tidak dapat dipungkiri, Coldplay memang
memiliki nilai moral yang tidak sesuai dengan Indonesia, namun kita tidak bisa
menolak hingga memberontak terhadap kasus ini demi mempertahankan persatuan dan
kesatuan NKRI. Oleh karena itu jalan positif yang dapat kita tuju sebagai
rakyat yang mempertahankan integrasi NKRI ialah untuk menjadi bermanfaat bagi
orang lain (naafi’un lighoirihi), cara untuk menjadi bemanfaat di situasi ini
ialah untuk tidak memaksakan kehendak agar tidak terjadi perpecahan, kita juga
dapat melihat sisi-sisi positif yang diberi oleh kedatangan musisi terkenal
tersebut, mulai dari musiknya yang menginspirasi banyak orang, serta dukungan
mereka terhadap hal-hal baik di dunia ini.
Terakhir, pada blog ini menjelaskan apa yang
di lakukan oleh penulis apabila menjadi seorang pemimpin, bagaimana apabila
jika Anda menjadi pemimpin yang bijak?