Jika Anda Menjadi Pemimpin yang Bijak

19 September 2023 14:41 Di tulis oleh Admin ARTIKEL Jika Anda Menjadi Pemimpin yang Bijak

Ditulis Oleh: Silvani Salsabilla

Kelas: XII IPA 3

“Pemimpin sukses kuncinya pengaruh, bukan otoritas” Kenneth Blanchard. Menjadi seorang pemimpin bukan merupakan hal yang sepele, namun menjadi pemimpin yang bijak merupakan hal yang lebih sulit pula. Pemimpin yang bijak memiliki makna ia harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, dalam menghadapi berbagai masalah mengenai kelompok/umat yang dipimpinnya. Termasuk pemimpin negara ini yang harus mengambil keputusan terbaik untuk negara Indonesia yang terdiri dari berbagai keberagaman sehingga terciptanya persatuan dan kesatuan NKRI. 

         Pemimpin Indonesia saat ini sedang dihadang oleh konflik mengenai pelaksanaan konser Coldplay di Indonesia yang merujuk kepada dua kubu, yakni kubu yang setuju dengan dilaksanakannya konser Coldplay di Indonesia, serta kubu yang menolak keras dengan dilaksanakan konser Coldplay tersebut. Hal ini mewajibkan pemimpin mengambil keputusan yang bijak sehingga dapat meminimalisir kekecewaan maupun kemarahan kedua kubu.

Dikutip dari siaran tvOne pada 21 Mei lalu, ketua bidang dakwah dan ukhwah MUI pusat berbicara, “Ini hanya soal selera, dimana selera musik orang berbeda-beda, jadi silahkan adakan konser, dengan catatan jangan sampai melukai moral-moral yang telah ada pada diri kita”. Ketua bidang MUI itu melanjutkan, “Di anggap kita (ulama) ini anti-kemanusiaan, anti-HAM, anti-toleransi, tidak, ini justru yang paling toleransi menurut saya, kita tidak melakukan kekerasan terhadap mereka baik secara fisik maupun verbal”. 

“Permasalahannya ini orang nya pro-LGBT pak,” Ketua bidang MUI bertanya retoris. “Yah tidak masalah, toh diantara kita ada yang pro-LGBT, tapi selama itu LGBT adalah penyakit yang harus disembuhkan, orang yang terkena penyakitnya harus kita sayangi, bukan disayangi lalu dibiarkan, namun disayangi dan disembuhkan.” 

 Pada acara yang sama yang diadakan tvOne tersebut, para tokoh Islam yang hadir berdiskusi mengenai langkah yang tepat untuk di ambil dalam menghadapi situasi Coldplay, Secara singkat mereka berpikir hal yang tepat yang di lakukan sebagai pemimpin ialah untuk dilakukannya langkah preventive (mencegah). Konser Coldplay tetap dilaksanakan namun Event Organizer harus bersepakat dengan tim Indonesia untuk tidak menyebarkan kampanye-kampanye LGBT maupun hal-hal yang tidak sesuai nilai moral Indonesia.

        Adapun temuan oleh survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru yang bertajuk “Sikap Publik atas Rencana Konser Coldplay di Indonesia” menyebutkan mayoritas publik Indonesia menerima rencana kedatangan Coldplay. “Mayoritas pemilih partai politik di Indonesia dan pendukung tiga bacapres (Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto) menyatakan Coldplay boleh datang ke Indonesia karena musiknya, bukan sikap mereka tentang LGBT,” kata Deni, Direktur Riset SMRC.

Berikut adalah hal-hal yang penulis simpulkan dari data dan pendapat yang telah di ungkap diatas beserta muwashofat tarbiyah yang dapat diambil:

    Dari ungkapan yang telah disampaikan para ulama Indonesia, Hal yang disampaikan menggambarkan cara berpikiran yang luas (mutsaqqoful fikri), mengutip buku What Is Next: Being Success with Islam oleh Muhammad Yusuf, kecerdasan yang dimaksud adalah peran akal yang digunakan seorang Muslim, di mana setiap aktivitas mereka selalu melibatkan Allah Swt. Ulama berpikiran luas dimana tidak memandang sempit suatu masalah, sehingga tidak terpatok pada satu kubu, namun mencari solusi yang menjadi win-win solution. Disini ulama tetap melibatkan Allah dengan menegakkan akidah Islam yaitu melarang LGBT sebagaimana Allah mengatakan dalam Quran Surat Al-A’raaf ayat 80-81 yang artinnya:



 Dan Nabi Luth juga (Kami utuskan). Ingatlah ketika ia berkata kepada kaumnya: "Patutkah kamu melakukan perbuatan yang keji, yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun dari penduduk alam ini sebelum kamu?”, "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk memuaskan nafsu syahwat kamu dengan meninggalkan perempuan, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas".



Namun dalam konteks keberagaman MUI tetap memperbolehkan adanya konser Coldplay sehingga penggemar Coldplay dapat menikmati pertunjukan musiknya di tanah air sendiri.

          Riset SMRC yang menyatakan mayoritas penduduk memperbolehkan kedatangan coldplay hanya karena musiknya, bukan karena sikap LGBT menunjukkan suatu akhlak yang kokoh (matinul khuluq), di Indonesia meski berbeda-beda pemikiran, rakyat Indonesia tetap satu dalam pemikiran mengenai tidak mendukung LGBT. Rakyat Indonesia memiliki kepribadian dan nilai-nilai moral mengenai peraturan Tuhan YME. yang tidak dapat dilanggar dengan syarat apapun.

          Diikhtisarkan dari blog ini kita sebagai seorang muslim tetap dapat berpegang teguh pada pendirian kita (shahihul ibadah) meskipun ada penggoda maupun rintangan dalam menjaga pendirian kita masing-masing. Semua orang mempunyai hak berpendapat mengenai kontranya apabila Coldplay hadir di Indonesia, dan menurut penulis hal itu tidak dapat dipungkiri, Coldplay memang memiliki nilai moral yang tidak sesuai dengan Indonesia, namun kita tidak bisa menolak hingga memberontak terhadap kasus ini demi mempertahankan persatuan dan kesatuan NKRI. Oleh karena itu jalan positif yang dapat kita tuju sebagai rakyat yang mempertahankan integrasi NKRI ialah untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain (naafi’un lighoirihi), cara untuk menjadi bemanfaat di situasi ini ialah untuk tidak memaksakan kehendak agar tidak terjadi perpecahan, kita juga dapat melihat sisi-sisi positif yang diberi oleh kedatangan musisi terkenal tersebut, mulai dari musiknya yang menginspirasi banyak orang, serta dukungan mereka terhadap hal-hal baik di dunia ini.

           Terakhir, pada blog ini menjelaskan apa yang di lakukan oleh penulis apabila menjadi seorang pemimpin, bagaimana apabila jika Anda menjadi pemimpin yang bijak?