Pada
awal tahun 2020 Indonesia mulai dihadapkan untuk pertama kalinya dalam sejarah
umat manusia yakni wabah covid 19, sudah pasti memiliki dampak yang signifikan
disegala sektor. Salah satunya adalah pendidikan, seperti terdapat arus listrik
pendek yang membuat kejutan-kejutan bahwa kita harus berubah dan mencari cara
agar pendidikan tetap berjalan. Berangkat dari kondisi inilah pada akhir
desember 2020 keluarlah kebijakan baru dari Mas Menteri Pendidikan Nadhiem
Makarim yakni “Merdeka belajar” yang terinspirasi dari pemikiran Ki Hajar
Dewantara Bapak Pendidikan Indonesia., dimana merdeka belajar merupakan konsep
belajar yang lebih memberikan ruang
kebebasan bagi siswa dalam belajar memilih sesuai dengan minat bakat tanpa
adanya tekanan baik dari orang tua dan guru. Jika dianalogikan peran guru
seperti petani dalam menanam padi, dimana petani tidak bisa menentukan arah
tumbuh kembangnya padi merunduk, petani hanya mengikuti kemana arah tumbuh
kembangnya padi tanpa mengurangi kualitas, itulah peran guru dan orang tua
dalam proses pembelajaran terutama dalam masa Pandemi seperti saat ini.
Seiring
berjalannya waktu, pandemi covid 19 ini memicu
perkembangan berbagai tekhnologi sehingga bermunculan berbagai media
pembelajaran secara on line yang bisa dijadikan sebagai sarana belajar jarak
jauh, seperti Ruang Guru, Bimbel Online dan lain sebagainya. Dimana mereka bisa
belajar tanpa harus datang ketempat tersebut, kondisi ini sangat mendukung dikarenakan
masa PPKM saat ini yang digunakan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan
kasus Covid 19. Terlepas dari hadirnya berbagai media pembeljaran pada masa
pandemi ini, apakah media ini sudah sesuai dengan konsep merdeka belajar
siswa?? Belum, sama sekali belum. Marilah kita coba telusuri konsep merdeka
belajar yang sebenarnya sudah terkonsep dengan baik oleh Ki Hajar Dewantara
untuk anak negeri.
Dalam
Filosofis Merdeka Belajar yang di gagas oleh Ki Hajar Dewantara setidaknya ada
tiga poin yang bisa dikembangkan dalam Pengajaran dan pembelajaran diantaranya 1) Taman Siswa, 2) Pamong, 3) Among.
Taman siswa yang telah mewariskan cikal bakalsistem pendidikan yang
berlandaskan budaya lokal Indonesia. Taman Siswa merupakan wadah sebuah sistem
persekolahan dimana Taman identik dengan sebuah tempat bermain yang menjadikan
kegembiraan dan keindahan untuk pengunjung,dimana mereka bisa bereksplorasi dan
berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa yang dilengkapi oleh
pengajar sesuai kebutuhan masing-masing secara individu. Kemudin prinsip Among
menempatkan siswa sebagai prioritas utama yang harus dilayani, bahwa
kemerdekaan siswa untuk belajar sesuai keinginan dan kemampuan secara alamiah
terbentuk. Sedangkan prinsip Pamong adalah sebagai Fasilitator dalam proses
pengajaran kalau di analogikan seorang petani yang menanam padi hanya bisa
membantu dalam proses penanaman, namun tidak bisa untuk menentukan kemana arah
mana padi akan tumbuh., dalam hal ini berarti prinsip pamong dan among lebih
kepada memperhatikan minat bakat dan kemampuan siswa, serta memberikan dukungan
yang diperlukan terhadap perkembangan siswa, tanpa mengurangi keinginan siswa dalam
tumbuh dan berkembang. Dukungan guru berupa dukungan yang bersifat Psikologis,
seperti memberi motivasi memenuhi kebutuhan belajarnya, serta berperan aktif
ketika siswa mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.
Begitu
jelas dalam pemaparannya bagaimana Ki Hajar Dewantara dalam gagasannya mengenai
proses pembelajaran yang identik dengan bebas namun dikemas dengan budaya
lokal. Bagaimana dengan implementasi bagi sekolah ketika Mas Menteri Pendidikan
Nadhiem Makarim mulai menerapkan konsep merdeka belajar, yang saat ini menurut
penulis sangat sesuai dengan kondisi Pandemi dan juga tantangan zaman di Era
digital 4.0. untuk itu hampir di setiap sekolah termasuk sekolah kami mulai
menerapkan konsep pembelajaran diantaranya synchronous dan asynchronous. Agak
unik karena konsep merdeka belajar ini juga harus diimbangi dengan sejumlah
tekhnologi agar berjalan seirama dalam mendukung pembelajaran secara jarak
jauh. Disinilah bagaimana peran guru dalam pembelajaran yang dilakukan haruslah
inovatif dan mengandung konten sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Tidak
lagi mengikuti pembelajaran ala kolonial yaitu “Teacher center”, Peran Among dalam konteks peserta didik bisa
dengan bebas dalam mengerjakan tugas dan pembelajaran yang disediakan oleh Guru
melalui media online tanpa harus terikat dengan tempat dan waktu. Hal ini
berlaku ketika masih belum di perbolehkan adanya PTM. Dimana guru dan siswa
bisa mengatur waktu dalam melakukan proses belajar dan mengajar. Guru bisa juga
melakukan konsep pertemuan bersama di waktu yang sama untuk melakukan tatap
muka walaupun dnegan jarak jauh, iniah yang disebut sebagai pembelajaran synchronous.
Konsep ini yang kemudian kami pakai disekolah kami sebelum PTM di
sekolah kami di perbolehkan oleh pemerintah. Namun apabila baik siswa ataupun
berhalangan dalam melakukan tatap muka jarak jauh maka masih ada solusi lain
dalam melakukan pembelajaran yaitu adalah dengan melakukan pembelajaran asynchronous
. dimana siswa bisa mengatur waktu
belajarnya sesuai dengan kebutuhannya melalui beberapa media belajar seperti
Google Class Room yang sudah berisi materi pembelajaran, tugas dan latihan
ulangan. Disinilah letak kemerdekaan belajar dimana guru berusaha seinovatif
mungkin dalam menyampaikan materi, mengemas materi agar membuat anak merasa
senang ketika belajar, sedangkan siswa ada rasa merdeka yang diringi dengan
komitmen dalam belajar, bukan bebas tanpa batas.Selain mengerjakan dari apa
yang sudah tersajikan metode pembelajaran yang bisa membuat siswa itu
berkembang di masa pembelajaran pandemi ini adalah metode pembelajaran Proyek
Based Learning dimana mereka ketika berada di rumah tidak hanya saja
terpaku dalam dunia online dengan seperangkat device dan berbagai aplikasi.
Mereka bisa melakukan penelitian sederhana yang mengangkat tema-tema berkaitan
dengan pandemi saat ini baik dari berbagai sektor.
Konsep
merdeka belajar dalam aplikasi bukan berarti tanpa hambatan dan tantangan,
karena pandemi telah memaksa kita untuk berubah demi kelangsungan pembelajaran.
Dipaksa untuk merubah mine set dalam proses pengajaran, dipaksa untuk mengerti
tekhnologi yang diringi sikap resilience sehingga lahirlah konten-konten
pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Bukan hanya itu hambatan lain yang banyak ditemui adalah mengenai cara berpikir
dalam menyikapi perkembangan tekhnologi sebagai bentuk pelatihan media
pembelajaran dimana banyak sekali bahwa ketika guru sudah berhasil menguasai
sebuah tekhnologi maka merasa berhasil dalam menyajikan sebuah materi kepada
siswa yang belum tentu itu sesuai dengan kebutuhan siswanya. Disini cara
berpikir merdeka mengajar seorang guru di uji, bagaimana seorang guru harus
bisa membuat konten pembelajaran kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan
tekhnologi sebagai sarana pendukungnya , berubah ke arah metode yang sesuai
kebutuhan siswa, tidak lagi menjadikan dirinya sebagai Teacher Center melainkan
Siswa center . inilah yang dimaksud dengan peran pamong
dan among dalam proses pembelajaran yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara jauh sebelum Indonesai
merdeka. Lain guru lain dengan siswa dalam implementasi merdeka belajar. Selalu
ada saja tantanganya. Bagi siswa tantangan merdeka belajar bagi mereka adalah
mengenai model pembelajaran yang berubah terbalik dari sebelumnya. Yang
sebelumnya terbiasa dengan pembelajaran tatap muka dan cenderung one
direction atau Teacher center. Menjadi seperti kehilangan arahan dari
sang guru. Sebuah pemikiran merdeka belajar yang bukan pada esensinya seperti
merasa bebas tanpa komitmen mengenai tanggung jawab dalam belajarnya, cenderung
terbawa dalam bermain kedalam permainan sosial media diluar batas kendali. Dalam
kondisi pandemi seperti sekarang peran guru tidak hanya dalam perubahan metode
mengajar melainkan juga harus mengembangkan diri dalam pola komunikasi jarak
jauh untuk mendekatkan hati-hatinya kepada siswanya agar timbul ikatan batin
antara guru dan siswa sehingga siswa pun sadar bahwa ada guru yang senantiasa
memperhatikan yang diberikan lewat pesan-pesan motivasi dalam ruang belajar
online, selalu ada doa dalam setiap sujudnya untuk siswa agar senantiasa bisa
memegang komitmen terhadap tanggung jawab terhadap dirinya. Sebagaimana yang
pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara mengenai merdeka belajar adalah “ Dimana
ada kebebasan disitulah ada disiplin yang kuat. Sungguh pun disiplin itu
bersifat self disiplin, yaitu kita sendiri mewajibkan dengan sekeras-kerasnya
dan peraturan yang demikian itu harus ada didalam suasana yang merdeka”(Ki
Hajar Dewantara)
Pada
akhirnya merdeka belajar merupakan sebuah pola yang digagas oleh pemerintah
dalam upaya bangkit dan membangun sebuah ketahanan terhadap suatu kondisi yang
tidak nyaman, karena Pandemi inilah semua dipaksa untuk bisa berubah dan
menyesuaikan diri dengan kondisi sehingga dari kondisi saat ini bisa memicu
untuk sebuah kreatif, sebuah inovasi sehingga hadir sebuah kebiasaan baru yang
disebut dengan New Normal. Begitu juga dalam pendidikan saat ini, sudah
saatnya kita keluar dari cara-cara lama yang akan mengukung kemampuan terhadap
menghasilkan sesuatu, sudah saatnya untuk memerdekakan pola berpikir untuk bisa
menghasilkan sesuatu ditengah pandemi saat ini, sehingga peran guru dalam dunia
pendidikan meliputi dalam tiga hal yaitu menjadi teladan bagi siswa, menjadi
penyemangat bagi siswa dan menjadi pendorong bagi siswa dalam mewujudkan
merdeka belajar dan merdeka mengajar. Wallahu’alam
PROFIL PENULIS
Penulis bernama
Eka Fitrianingsih Kurniawati akrab di sapa Eka lahir di sebuah ibu kota
Indonesia Jakarta, tanggal 6 Juli 1984 dari pasangan Ayah Suradi Rusdi dan almh
Ibu Tuti Yumarsih. Saat ini penulis aktif sebagai Guru SMA di sebuah sekolah
berasrama SMA ISLAM NURUL FIKRI BOARDING SCHOOL LEMBANG. Penulis bisa di
hubungi melalui
FB ; Haneeya