Ditulis Oleh: Mohammad Robby Rodhiya, S.AP
Dulu….
Dulu sekali…
Di masa sebelum masehi,
Saat taman bunga & rerumputan masih
eksklusif milik pribadi atau khusus pemandangan sekitar istana saja.
Coba kau tengok Istana La Alhambra, Spanyol.
Kau akan menyaksikan petak-petak tanaman sekitar
Istana Andalusia yang begitu menawan.
Era Fira’un pun tak kalah indah dalam
menghias taman.
“Maka Kami keluarkan Fir’aun
dan kaumnya dari taman-taman dan mata air” (Ash-Shu’ara: 57).
Bahkan sampai saat ini,
Walau kekuasaannya telah berakhir ratusan tahun yang lalu
Jembatan rumput dari warisan infrastruktur suku Inca
di Peru yang membantu orang menyeberangi sungai selama 600 tahun, masih dibuat
oleh keturunannya hingga saat ini.
Sayangnya,
Taman gantung Babilonia yang pernah dinobatkan
sebagai keajaiban dunia tidak pernah kita saksikan.
Kita hanya menemukan gambar
rekaannya saja.
Di awal masa Masehi
Rerumputan-rerumputan itu melahirkan kedatuan (kerajaan) yang
sukses di Nusantara, yakni Medang, Sriwijaya, dan Majapahit. Selanjutnya, mensukseskan
para pedagang Arab (Timur Tengah), diteruskan Belanda, melalui jalur maritime,
dijakan sebagai perdagangan rempah-rempah herbal.
Sekarang,
Rerumputan hijau telah berada disekitaran rumah
kita.
Halaman rumah dengan Rumput hijau telah menjadi
identitas.
Rumah yang memiliki halaman semrawut itu,
terkesan bahwa penghuni rumah itu sedang
memiliki masalah besar.
Berbanding terbalik jika taman rerumputan itu dirawat
dengan baik.
Akhirnya, banyak dari mereka yang mencari nafkah
dengan menjaga halaman rumput agar tetap rapi dan hijau.
Citra rumput naik sedemikian rupa hingga masuk
pribahasa modern.
“Rumput tetangga selalu lebih
indah dari rumput dirumah kita”
Bermilyar manusia terpana 90 menit menyaksikan
pertandingan sepak bola dunia,
Itu dilakukan dihalaman berumput hijau.
Lalu diera plastik ini,
muncul rumput sintetis yang hijaunya tak
memudar, tumbuhnya stabil dan tak perlu penyiraman.
Kau bisa membelinya dengan variasi harga mulai
120 ribu hingga 450 rb/meter.
Rumput sintetis itu masuk mall bahkan kantor dan
dibeli oleh mereka yang menyukai panorama alam (walau tidak alami),
“Tak ada rotan akarpun jadi”.
Dalam mengamati arus peradaban,
kita bisa menemukanya dari halaman rumput
didepan rumah atau halaman kantor kerja kita.
Bahkan rumput bisa menjadi isyarat tanda datang
nya hari kiamat.
“Tidak akan tiba hari Kiamat
hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.” (HR Abu Hurairah).