Transformasi Pembelajaran Terstruktur, Teratur dan Terukur
Oleh : Muhtarudin, S. Pd. M. Pd. Gr. SMA Nurul Fikri Boarding School, Lembang
“When educating the minds of our youth, we must not forget to educate their hearts.”
Esensi sejati dari pendidikan bukanlah sekadar transfer fakta dan data, melainkan ikhtiar proses transformasi yang mendalam dan berkelanjutan dalam membentuk hati, jiwa dan diri peserta didik. Perubahan ini, yang kita sebut sebagai transformasi. Cakupan pendidikan transformatif ini haruslah holistik terstruktur secara kognitif, teratur dalam proses pedagogis, dan terukur melalui manifestasi asesmen kompetensi. Dalam konteks ini, konsep Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) kembali diangkat untuk menjawab kebutuhan pendidikan anak bangsa sebagai jawaban quo vadis pendidikan yang krusial untuk mewujudkan pendidikan masa depan bangsa, terutama dalam konteks nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Filosofi Deep Learning: Dari Pergulatan Cita Menuju Konstruksi Asa
Secara filosofis, Deep Learning dalam pendidikan beranjak dari pandangan konstruktivisme, di mana pengetahuan tidak diserap secara pasif, melainkan dibangun secara aktif oleh pengajar dan pembelajar. Ini berbeda tajam dari Surface Learning (Pembelajaran Permukaan) yang hanya berkutat pada memorisasi dan reproduksi informasi jangka pendek. Deep Learning menekankan pemahaman konseptual, kemampuan menghubungkan ide-ide yang berbeda, dan transfer pengetahuan ke berbagai situasi baru, menarik benang merah materi ajar pada dunia kekinian dan kedisinian siswa. Transformasi kognitif terjadi ketika struktur mental siswa diperluas dan diorganisir ulang, memungkinkan mereka untuk melihat dunia dengan lensa yang lebih kompleks dan bernuansa.
Kerangka Teoritis: Membangun Kompetensi Terstruktur, Teratur, dan Terukur
Kerangka teoritis Deep Learning mengintegrasikan dimensi pedagogi, kemitraan, dan lingkungan belajar. Prosesnya dirancang untuk menghasilkan enam kompetensi global Kerangka Pembelajaran Abad ke-21 (21st Century Learning Design framework) 21CLD yang dikembangkan oleh Michael Fullan dan Joanne Quinn. Mereka mengidentifikasi enam kompetensi global yang penting untuk dipelajari siswa agar berhasil di abad ke-21, termasuk karakter (kewarganegaraan, keberanian) dan kompetensi (kolaborasi, komunikasi, kreativitas, berpikir kritis).
Seribu langkah transformasi ini, tentu kita awali dari titik terkecil yaitu ruang kelas, tentu bukan hanya dalam batasan luas panjang x lebar ruangan nya saja, tetapi kita maknai lebih dalam sebagai ekosistem yang mesti terjamin mutu kesehatan dan proses nya, tak ayal jika penulis sangat menyepakati bahwa narasi pendidikan Emas bangsa ini kita awali dari bright spot ruang kelas ini, bukan blind spot nya yang tidak terstruktur, teratur dan terukur.
- Terstruktur: Pembelajaran diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa secara eksplisit didorong untuk mencapai tingkat taksonomi kognitif yang lebih tinggi (Analisis, Evaluasi, Mencipta – menurut Bloom). Struktur ini diwujudkan melalui proyek dan tugas autentik untuk pemecahan masalah kompleks yang mendorong dan melibatkan peran aktif siswa.
- Teratur: Proses pembelajaran melibatkan siklus teratur antara penyelidikan, umpan balik berkelanjutan (feed-up, feed-back, feed-forward), dan refleksi diri. Keteraturan ini memastikan tidak ada lompatan konsep, melainkan peningkatan pemahaman yang bertahap dan sistematis, didukung oleh kemitraan belajar antara siswa dan guru.
- Terukur: Pengukuran tidak lagi hanya berfokus pada tes standar, tetapi pada bukti kinerja otentik (misalnya, presentasi proyek, portofolio, solusi inovatif). Transformasi menjadi terukur ketika siswa mampu mendemonstrasikan penguasaan kompetensi dalam konteks dunia nyata, menunjukkan bahwa perubahan kognitif yang dijanjikan telah terjadi.
Kajian Keindonesiaan: Deep Learning dan Manifestasi Merdeka Belajar
Di Indonesia, kerangka Deep Learning selaras sempurna dengan cita-cita Kurikulum Merdeka dan semangat Merdeka Belajar. Inisiatif ini mendorong pembelajaran berbasis proyek, personalisasi, dan pembentukan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila (Beriman, Mandiri, Bergotong Royong, Berkebinekaan Global, Bernalar Kritis, Kreatif). Deep Learning menyediakan metodologi untuk merealisasikan visi ini: ia membantu guru dalam merancang pengalaman belajar yang relevan secara kontekstual, memicu nalar kritis siswa terhadap isu-isu keindonesiaan, dan melatih mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri. Dengan mengimplementasikan Deep Learning secara masif, Indonesia tidak hanya meningkatkan skor PISA, tetapi juga menghasilkan sumber daya manusia berdaya saing global yang siap memimpin bangsa menuju puncak pencapaian, yakni Indonesia Emas 2045.
Deep Learning dalam Setting Kelas Transformatif
Dalam setting kelas transformatif, guru berfungsi sebagai designer dan coach. Kelas menjadi laboratorium ide-ide, bukan ruang ceramah.
- Pergeseran Fokus: Dari mengajar (transmisi) menjadi memfasilitasi belajar (konstruksi).
- Pedagogi: Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning-PBL) dan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning-PjBL) mendominasi, menempatkan tantangan kompleks di pusat kurikulum.
- Penilaian: Penilaian formatif, yang menyediakan umpan balik kualitatif yang mendalam, menggantikan penilaian sumatif yang berfokus pada Siswa belajar dari kesalahan mereka, membuat proses belajar menjadi teratur.
- Lingkungan Fisik dan Digital: Lingkungan inklusif, students well being, mendukung kolaborasi, dan memanfaatkan teknologi (seperti platform belajar adaptif atau alat simulasi) untuk penggalian lebih mendalam passion jalur belajar setiap siswa.
Peran Aktif Ekosistem Pendidikan Nasional
Transformasi ini tidak dapat dipikul sendiri oleh guru. Diperlukan kolaborasi dan komitmen seluruh ekosistem:
- Guru sebagai Agent of Change: Guru harus menjadi pembelajar seumur hidup yang berani bereksperimen dengan pedagogi baru. Peran mereka adalah mengidentifikasi potensi unik setiap siswa dan merancang pengalaman yang mengaktifkan pemikiran mendalam, bukan hanya mengoreksi jawaban. “Al-thariqah ahammu min al-maddah, wa al-mudarris ahammu min al-thariqah, wa ruh al-mudarris ahammu min al-mudarris”. “Metode itu lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa (ruh) seorang guru itu lebih penting daripada guru itu sendiri”. (KH. Imam Zarkasyi)
- Dukungan Pimpinan Sekolah: pimpinan sekolah wajib menjadi instructional leader yang menyediakan waktu, sumber daya, dan pelatihan profesional yang berkesinambungan bagi guru. Mereka harus menciptakan budaya sekolah yang mendorong pengambilan risiko pedagogis yang terukur.
- Peran Orang Tua/Wali Siswa: Orang tua harus bergeser dari fokus pada nilai akademis (angka) menuju fokus pada pengembangan kompetensi (karakter dan keterampilan). Mereka adalah mitra dalam memberikan konteks dan dukungan emosional di rumah.
- Masyarakat pada Umumnya: Komunitas dan dunia usaha perlu terlibat aktif dalam memberikan masalah autentik bagi proyek siswa dan memberikan mentoring, menjadikan pendidikan relevan dan kontekstual. Kebangkitan pendidikan nasional adalah tanggung jawab kolektif. Sebagaimana disebutkan dalam Cambridge school effective diagram berikut; (domain 1-5)

Kesimpulan
Deep Learning diyakini menjadi jawaban Quo Vadis pendidikan untuk menciptakan transformasi pembelajaran yang terstruktur, teratur, dan terukur. Ini adalah kunci untuk menghasilkan generasi pembelajar yang adaptif, inovatif, dan berkarakter Pancasila, yang dibutuhkan Indonesia untuk mencapai visi mulia Indonesia Emas 2045. Dengan menjadikan Deep Learning sebagai jantung dari setting kelas, didukung oleh guru sebagai agen perubahan yang berkomitmen dan pimpinan sekolah serta ekosistem yang suportif, kita dapat memastikan pendidikan Indonesia bangkit menjadi lebih bermartabat dan mandiri, benar-benar mencerminkan esensi dari sebuah bangsa yang cerdas dan berdaulat.
Referensi :
Cambridge School Self-Evaluation Service, Al-Irsyad Satya Islamic School, West Java,
Indonesia. 2020
International education, School evaluation and standard, Cambridge International Standard, 2020.
Pendidikan holistik, ontologi penulisan UHAMKA Press, 2019
Tautan: https://learn.microsoft.com/en-us/training/paths/21st-century-learning-design/
Galeri :

Penulis : Muhtarudin, S. Pd. M. Pd. Gr.
Penerbit : Siti Muna



