Latar Belakang
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan kelahiran Rasulullah SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Umat Islam di berbagai belahan dunia memperingati hari bersejarah ini sebagai bentuk rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi yang membawa risalah Islam. Namun, perlu dipahami bahwa peringatan Maulid Nabi tidak dikenal pada masa Rasulullah SAW maupun generasi sahabat. Tradisi ini mulai muncul pada periode setelahnya, seiring berkembangnya peradaban Islam.
Awal Munculnya Tradisi Maulid
Sejarah mencatat bahwa peringatan Maulid Nabi pertama kali diselenggarakan oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir sekitar abad ke-4 Hijriah atau abad ke-10 Masehi. Dinasti Fathimiyah yang beraliran Syiah memperingati hari kelahiran beberapa tokoh penting keluarga Nabi, termasuk kelahiran Rasulullah SAW.
Kemudian, peringatan Maulid berkembang pesat pada masa Dinasti Ayyubiyah. Salah satu penguasa yang dikenal sebagai penggagas Maulid dalam skala besar adalah Sultan Al-Muzhaffar Abu Sa’id Kukburi (wafat tahun 630 H/1233 M), penguasa Irbil di Irak. Ia mengadakan perayaan Maulid dengan penuh kemeriahan, mengundang para ulama, qari, dan masyarakat luas untuk bersama-sama membaca doa, syair pujian kepada Nabi, serta bersedekah. Sejak itulah tradisi Maulid menyebar ke berbagai wilayah dunia Islam.
Perkembangan di Dunia Islam
Tradisi Maulid kemudian meluas ke berbagai negara Islam, dengan bentuk perayaan yang berbeda-beda sesuai dengan budaya lokal masing-masing.
- Di Mesir, perayaan Maulid menjadi momentum spiritual sekaligus sosial, dengan adanya pembacaan qasidah, pengajian, dan pembagian makanan.
- Di Turki dan wilayah Ottoman, Maulid diperingati dengan pembacaan syair terkenal “Mawlid al-Barzanji” atau “Mawlid al-Diba’i”.
- Di Nusantara, Maulid Nabi dibawa oleh para ulama dan wali pada masa penyebaran Islam. Masyarakat merayakannya dengan acara pengajian, pembacaan Maulid, serta tradisi budaya seperti “Sekaten” di Yogyakarta dan Surakarta, atau “Muludan” di berbagai daerah.
Tujuan dan Nilai Spiritualitas
Meskipun tidak dilaksanakan pada masa Rasulullah SAW, peringatan Maulid Nabi memiliki nilai positif bagi umat Islam, di antaranya:
- Menguatkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW dengan mengenang perjuangan, akhlak, dan keteladanan beliau.
- Menghidupkan syiar Islam melalui doa, zikir, shalawat, dan pengajian.
- Mempererat ukhuwah Islamiyah karena umat berkumpul dalam suasana kebersamaan.
- Mendorong semangat meneladani akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup
Sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa tradisi ini lahir sebagai wujud kecintaan umat Islam kepada Rasulullah. Meski tidak ada pada masa awal Islam, Maulid telah menjadi bagian dari budaya keagamaan yang sarat dengan nilai kebaikan, selama dilaksanakan dengan tetap berpegang pada ajaran syariat. Dengan memperingati Maulid, umat Islam diajak untuk tidak hanya mengenang kelahiran Nabi, tetapi juga meneladani akhlak beliau dalam membangun kehidupan yang penuh rahmat, kedamaian, dan persaudaraan.
publisher : Siti Muna., S.I.Kom



