Santri NFBS Lembang Ikuti Asia Youth International Model United Nations ke-18 di Kuala Lumpur
22 September 2025
Santri SMP NFBS Lembang Tampilkan Kreativitas dan Cinta Budaya di Pentas Seni 2025
6 October 2025

6 October 2025

Sejarah Hari Batik Nasional

Makna Batik bagi Indonesia

Batik bukan sekadar kain bermotif — ia adalah karya budaya yang sejak lama menjadi bagian penting identitas bangsa Indonesia. Teknik pewarnaan kain tradisional ini menggunakan malam (lilin) pada sebagian permukaan kain untuk mencegah penyerapan warna, lalu dicelup atau diwarnai secara bertahap.

Melalui motif, warna, dan filosofi yang melekat, batik mencerminkan nilai-nilai lokal, kepercayaan masyarakat, serta keindahan estetika yang diwariskan secara turun-temurun.

Namun, pengakuan batik sebagai warisan budaya dunia menjadi momentum penting yang mendorong ditetapkannya peringatan nasional khusus: Hari Batik Nasional.

Sejarah dan Latar Belakang Penetapan Hari Batik Nasional

Proses Pengajuan ke UNESCO

  • Inisiatif untuk mengajukan batik sebagai warisan budaya takbenda dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada 4 September 2008.
  • Setelah melewati proses evaluasi, pengajuan tersebut diterima oleh UNESCO pada tanggal 9 Januari 2009.
  • Kemudian, pada sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Tak Benda yang diselenggarakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, tepat pada tanggal 2 Oktober 2009, batik resmi diakui sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity (Warisan Budaya Takbenda) oleh UNESCO.

Penetapan tanggal 2 Oktober bukan kebetulan — itu adalah tanggal pengukuhan pengakuan UNESCO itu sendiri. Dengan demikian, tanggal ini kemudian dipilih sebagai hari peringatan nasional untuk menghormati pengakuan internasional terhadap batik.

Penetapan Resmi oleh Pemerintah Indonesia

Beberapa bulan setelah pengakuan UNESCO, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009, yang menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional serta mendorong masyarakat mengenakan batik pada hari tersebut.

Pada dasarnya, melalui keputusan tersebut, pemerintah ingin:

  • Menumbuhkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap batik sebagai warisan budaya
  • Memperkuat pelestarian dan pengembangan seni batik
  • Menghidupkan partisipasi berbagai elemen masyarakat dalam menjaga identitas budaya bangsa

Batik & Politik Kebudayaan di Indonesia

Sejak era Orde Baru, citra batik telah dipromosikan dalam berbagai strategi diplomasi budaya. Misalnya, Presiden Soeharto kerap memakai batik dalam kunjungan kenegaraan, dan menjadikan batik sebagai bagian dari dress code untuk pertemuan internasional.

Batik juga pernah dijadikan seragam resmi (misalnya Korpri) dan digunakan sebagai simbol kebanggaan nasional, agar masyarakat mengidentifikasi dirinya dengan budaya lokal, bukan hanya budaya asing.

Dengan demikian, Hari Batik Nasional bukan hanya soal estetika pakaian, tetapi juga bagian dari strategi untuk memperkuat identitas dan kebersamaan bangsa melalui budaya.

Ritual dan Praktik Peringatan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Batik biasanya dilakukan dengan:

  • Mengenakan batik: baik oleh pejabat, pegawai negeri, pelajar, maupun masyarakat umum sebagai bentuk penghormatan dan kebanggaan terhadap warisan budaya.
  • Kegiatan seni & budaya: pameran batik, lokakarya membatik, lomba desain batik, fashion show batik, pelatihan teknik membatik, dan lainnya.
  • Promosi dan dukungan ekonomi: mendorong masyarakat membeli produk batik lokal, memberi ruang bagi perajin batik, atau memamerkan karya-karya batik daerah.
  • Edukasi dan sosialisasi: mengenalkan filosofi motif batik, teknik batik (tulis, cap, printing), serta sejarah batik di sekolah atau komunitas.

Peringatan ini bukan hanya seremonial — ia juga menjadi momentum agar batik tetap hidup di masyarakat, terutama generasi muda.

Harapan untuk Masa Depan

Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober menjadi peringatan simbolis yang menegaskan bahwa batik adalah salah satu identitas budaya Indonesia yang diakui dunia. Meskipun bukan hari libur, makna pada hari itu jauh lebih dalam: penghargaan, pelestarian, dan semangat kebersamaan dalam menjaga kekayaan budaya.

Untuk peringatan tahun 2025 nanti, masyarakat dapat ikut serta sekecil apapun — memakai batik, ikut acara lokal, membeli produk batik lokal, bahkan menyebarkan kesadaran akan pentingnya batik. Dengan begitu, warisan leluhur ini tidak hanya dikenang, tapi terus hidup dan berkembang di era modern.