Pendahuluan
Tahun Baru Hijriah adalah momen penting dalam sejarah Islam yang menandai dimulainya kalender hijriah—sebuah sistem penanggalan yang digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis peredaran matahari, kalender hijriah didasarkan pada peredaran bulan. Namun, bagaimana sejarah awal mula penetapan tahun baru Hijriah? Mengapa dimulainya dari peristiwa hirah, bukan kelahiran atau wafatnya Nabi Muhammad SAW? Artikel ini akan mengulas latar belakang sejarah pelaksanaan tahun baru hijriah.
Latar Belakang: Belum Ada Kalender Resmi di Masa Nabi
Pada masa Rasulullah SAW, umat Islam belum memiliki sistem penanggalan yang baku seperti kalender. Masyarakat Arab kala itu menggunakan penanggalan berdasarkan peristiwa penting, seperti tahun Gajah (tahun kelahiran Nabi SAW), tahun perang tertentu, atau musim-musim tertentu. Hal ini menyulitkan pencatatan peristiwa, surat-surat, dan dokumen negara pada masa pemerintahan Islam.
Inisiatif Khalifah Umar bin Khattab
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, pemerintahan Islam dipimpin oleh para khalifah. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu (13–23 H), kebutuhan akan sistem penanggalan resmi semakin terasa. Salah satu insiden yang mendorongnya adalah ketika seorang gubernur di wilayah Irak mengirim surat kepada Umar yang bertanggal “Sya’ban”, tanpa mencantumkan tahun. Hal ini menimbulkan kebingungan.
Melihat kebutuhan tersebut, Khalifah Umar mengumpulkan para sahabat senior seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lainnya untuk bermusyawarah menetapkan kalender Islam.
Penetapan Awal Tahun dan Bulan
Dalam musyawarah tersebut, muncul beberapa usulan mengenai titik awal kalender hijriah, antara lain:
• Kelahiran Nabi Muhammad SAW
• Diangkatnya Nabi menjadi Rasul (kenabian)
• Hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah
• Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Akhirnya, disepakati bahwa peristiwa hijrah menjadi awal penanggalan Islam. Meski bukan peristiwa pertama dalam sejarah Islam, hijrah merupakan tonggak penting berdirinya peradaban Islam dan awal terbentuknya masyarakat Muslim secara kolektif di Madinah.
Kemudian dipilihlah bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender hijriah. Meskipun hijrah Nabi SAW terjadi pada bulan Rabiul Awwal, bulan Muharram dipilih karena:
1. Merupakan bulan pertama setelah musim haji (bulan Dzulhijjah).
2. Menjadi awal kesiapan kaum Muhajirin memulai kehidupan baru pasca-baiat Aqabah.
Pelaksanaan Tahun Baru Hijriah
Sejak penetapan ini pada tahun ke-17 Hijriah (sekitar tahun 638 Masehi), kalender Hijriah resmi digunakan dalam administrasi pemerintahan Islam. Perhitungannya dimulai dari tahun di mana Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah ke Madinah, yaitu tahun 622 M. Maka, kalender hijriah dimulai dengan 1 Muharram tahun 1 H.
Sistem ini terus digunakan hingga hari ini, terutama dalam menentukan hari-hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan ibadah haji.
Tahun Baru Hijriah bukan hanya tentang pergantian angka tahun, melainkan mengingatkan umat Islam akan peristiwa monumental hijrah Nabi Muhammad SAW—sebuah langkah strategis dalam membangun masyarakat Islam. Dari sinilah semangat perjuangan, pengorbanan, dan pembaruan diri seharusnya muncul setiap kali umat Islam menyambut 1 Muharram. Semoga kita termasuk golongan yang mampu mengambil hikmah dari sejarah, dan menjadikan Tahun Baru Hijriah sebagai momentum untuk hijrah spiritual menuju pribadi yang lebih baik.