MENJAGA KESEHATAN DENGAN AL QUR’AN
12 May 2025
MANAJEMEN WAKTU UNTUK MEMBACA AL QUR’AN
22 May 2025

22 May 2025

Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Penakluk Yerusalem yang Mulia dan Berjiwa Ksatria

Di antara deretan pahlawan besar dalam sejarah Islam, Shalahuddin Al-Ayyubi (Saladin dalam literatur Barat) merupakan sosok yang paling dikenang karena keberanian, keadilan, dan akhlaknya yang agung. Ia bukan hanya dikenal sebagai penakluk Yerusalem, tetapi juga sebagai simbol kemuliaan seorang pemimpin Muslim yang menaklukkan musuh dengan kekuatan, namun tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan toleransi.

Awal Kehidupan
Nama lengkapnya adalah Shalahuddin Yusuf bin Ayyub, lahir pada tahun 1137 M di Tikrit, wilayah yang sekarang termasuk negara Irak. Ia berasal dari keluarga Kurdi yang sederhana dan dikenal religius. Sejak muda, Shalahuddin dikenal memiliki kecintaan mendalam terhadap ilmu pengetahuan dan agama.
Ia tumbuh dalam lingkungan militer dan mulai menapaki karier sebagai panglima di bawah komando pamannya, Asaduddin Syirkuh, jenderal Dinasti Zanki dan kemudian Dinasti Ayyubiyah.

Kebangkitan di Mesir
Setelah kematian pamannya, Shalahuddin diangkat menjadi Wazir Mesir oleh penguasa Fatimiyah. Walaupun saat itu ia masih muda, kepemimpinannya yang cerdas dan bijaksana berhasil mengubah Mesir menjadi negara yang kuat dan stabil secara politik dan militer. Ia akhirnya menghapus pengaruh Syi’ah Fatimiyah dan mengembalikan Mesir ke dalam pangkuan Ahlussunnah wal Jama’ah, lalu menyatukannya dengan Suriah.

Perjuangan Melawan Tentara Salib
Misi utama Shalahuddin adalah membebaskan Yerusalem dari cengkeraman tentara Salib yang telah menguasainya sejak tahun 1099 M. Ia mempersiapkan pasukannya selama bertahun-tahun, bukan hanya secara militer, tetapi juga dengan menyatukan kaum Muslimin yang terpecah-pecah.
Puncak kejayaannya terjadi dalam Pertempuran Hittin pada 4 Juli 1187 M, di mana pasukannya berhasil mengalahkan tentara Salib dan membuka jalan menuju pembebasan Yerusalem.

Pembebasan Yerusalem: 2 Oktober 1187
Yerusalem dibebaskan tanpa pertumpahan darah yang besar. Tidak seperti tentara Salib yang membantai ribuan penduduk Yerusalem saat merebutnya, Shalahuddin menunjukkan kemurahan hati yang luar biasa. Ia membebaskan para tawanan, memberi perlindungan kepada kaum Kristen dan Yahudi, serta mengizinkan mereka beribadah di tempat suci mereka. Sikapnya ini mengundang pujian, bahkan dari musuh-musuhnya di Barat.

Sosok Pemimpin yang Adil dan Taat
Shalahuddin dikenal sebagai pemimpin yang:
• Taat beribadah dan dekat dengan para ulama,
• Mencintai rakyat dan menolak hidup mewah,
• Adil dalam kepemimpinan dan tidak membalas dendam secara membabi buta,
• Mengedepankan diplomasi namun tegas dalam perang.

Wafatnya Sang Ksatria
Shalahuddin wafat pada 4 Maret 1193 M di Damaskus dalam usia 56 tahun. Ironisnya, pemimpin besar yang telah menguasai Mesir, Suriah, Hijaz, dan Palestina itu wafat dalam keadaan miskin, karena hartanya habis disumbangkan untuk jihad dan kesejahteraan rakyat.

Warisan Abadi
Warisan terbesar Shalahuddin bukan hanya wilayah kekuasaan, tetapi nilai kepemimpinan Islami yang luhur, keberanian dalam jihad, dan sikap penuh kasih sayang kepada sesama manusia. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai pahlawan, dan bahkan oleh musuhnya sebagai ksatria sejati.

Shalahuddin Al-Ayyubi adalah contoh teladan bagi setiap pemimpin dan pejuang. Ia membuktikan bahwa kekuatan bukan hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada akhlak, kesabaran, dan keadilan. Di tengah dunia yang penuh konflik dan egoisme, kisah Shalahuddin mengingatkan kita akan pentingnya memperjuangkan kebenaran dengan hati yang mulia.